Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Senin, 08 April 2013

Pro dan Kontra Maulid


Pokoknya Merayakan Maulid Nabi Saw itu bid’ah! Itulah kata-kata terakhir yang dilontarkan oleh kaum Wahabi-Salafy ketika sebuah tanya jawab sederhana berlangsung disebuah blog. Dan itulah salah satu kebiasaan buruk para pengikut Wahabi-Salafy yang jika sudah kehabisan argumen, bahkan tidak jarang kata-kata kasar keluar dari mulut mereka yang kotor. Hal ini bisa dipahami karena mereka tidak mengenal akhlak Nabi Muhammad Saw. Mereka hanya mengenal sykeh-syekh mereka, itu pun sebatas di internet belaka.
Saya ingin menekankan bahwa tulisan ini bukan diperuntukkan bagi orang-orang yang enggan mencari pencerahan, apalagi mereka yang merasa paling benar.
Dan demi memudahkan banyak orang untuk memahami tulisan ini, maka saya buat tulisan ini dalam sebuah dialog imajiner. Namun demikian, dialog ini benar-benar didasari oleh keyakinan masing-masing peserta dialog yang saya sertakan referensi mereka masing-masing.
Peserta dialog imajiner ini adalah Pro-Maulid dan Anti-Maulid yang diwakili si Ali Onchom, yang bekerja di Jl. Letjen TB. Simatupang. Pro-Maulid adalah peserta dialog yang mewakili orang-orang yang mendukung Maulid dan Ali Onchom mewakili kaum Wahabi-Salafy yang Anti-Maulid.
————
Pro-Maulid : Kenapa sih ente seneng banget berkoar-koar bahwa orang-orang yang memperingati Maulid Nabi Saw itu berada dalam kesesatan?
Anti-Maulid (Ali Onchom) : Karena memang memperingati Maulid Nabi Saw itu adalah perbuatan bid’ah dan seburuk-buruk perkara adalah bid’ah dan kullu bid’atin dhalalah. (setiap bid’ah itu sesat) 1]
Di dalam Shahih Muslim juga diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Setiap amalan yang tidak kami perintahkan adalah tertolak.
Pro-Maulid : Apa sih definisi bid’ah?
Ali Onchom : Bid’ah adalah segala perkara yang baru (ihdats) yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Pro-Mualid : Kalau begitu apa yang membedakan bid’ah dengan ijtihad?
Ali Onchom : Tidak ada ijithad di dalam Islam! Agama Islam sudah sempurna tidak perlu lagi tambahan-tambahan seperti ijtihad segala!
Pro-Maulid : Wah, semakin jelas bagi ane pengetahuan ente sangat minim tentang hadis Nabi Saw! Pernah baca hadis tentang Bilal?
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa setelah usai shalat Subuh, Rasulullah Saw bertanya kepada Bilal, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang perbuatan yang paling bermanfaat yang telah kamu lakukan setelah memeluk Islam. Karena semalam aku mendengar suara langkah sandalmu di depanku di dalam surga.
Bilal berkata, “Aku tidak pernah melakukan suatu amalan yang paling bermanfaat setelah memeluk Islam selain aku selalu berwudlu dengan sempurna pada setiap waktu malam dan siang kemudian melakukan shalat sunat dengan wudluku itu sebanyak yang Allah kehendaki.” 2]
Ibn Hajar Asqalani mengatakan di dalam Fath al-Bari bahwa hadis di atas memperlihatkan diizinkannya menggunakan ijtihad di dalam memilih waktu untuk melakukan ibadah.
Yang paling menarik dari riwayat hadis ini adalah justru ijtihad Bilal inilah yang membuatnya dinubuatkan Rasulullah Saw bakal masuk Surga dan perbuatan yang dilakukan Bilal ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, sampai-sampai Rasulullah Saw sendiri bertanya karena beliau Saw sendiri tidak mengetahuinya! Ente pernah baca hadis ini? Ane meragukannya!
Ali Onchom: ???
Pro-Maulid : Tidak semua bid’ah itu sesat khan? Karena ketika sahabat Umar bin Khaththab memerintahkan umat Muslim untuk melakukan shalat tarawih dengan berjama’ah Umar mengatakan :
“Ni’matul bid’ah hadzihi!” – sebaik-baik bid’ah adalah ini!
Ali Onchom : Perkara Umar bin Khathab itu bid’ah lughawy, Pak bukanbid’ah syar’i.
Pro-Maulid : Wah, ente gak usah berkelit bahwa apa yang Umar katakan tersebut sebagi bid’ah lughawy, karena apa yang dikatakan Umar tersebut bukan hanya dikatakannya tetapi juga dilakukannya dan bahkan dia memerintahkah umat Islam saat itu untuk melakukannya, walaupun Abu Bakar sendiri — yang disepakati oleh Ahlus-Sunnah lebih utama dari Umar – tidak melakukannya. 3] Dan perintah Umar itu pun sudah menjadi bagian syari’at yang dilakukan oleh mayoritas umat Islam saat ini. Jadi anda tidak perlu bikin istilah lughawy dan syar’i dengan tujuan membingungkan orang lain!
Dan ingat! Ditinjau dari makna lughawi sendiri kata sunnah pun berarti juga bid’ah, karena sunnah secara bahasa berarti ath-thariqah (jalan), apakah itu baik ataupun buruk. Oleh sebab itu setiap orang yang memulai suatu hal yang pada akhirnya dilakukan oleh banyak orang sesudahnya, maka hal itu disebut sunnah.” 4]
Karena itulah di dalam Shahih Bukhari Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang mensunnahkan sunnah yang baik maka ia akan mendapatkan pahala dan pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun dan barangsiapa yang mensunnahkan sunnah yang tercela (bid’ah) maka ia akan mendapatkan dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun.” 5]
Al-Tirmidzi juga menshahihkannnya dan meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya.
Hadis Bukhari di atas dengan gamblang menunjukkan bahwa sunnah yang baik di atas adalah ijtihad yang benar sedangkan sunnah yang tercela di sana adalah bid’ah syai’ah (buruk) bukan hasanah!
Kedua hadis di atas menjelaskan juga secara gamblang bahwa tindakan-tindakan yang dimaksud adalah suatu kebiasaan baru yang dijadikan sebuah tradisi dan tak ada keraguan sedikit pun bahwa Memperingati Maulid Nabi Saw adalah perkara hasanah bukan perkarasyai’ah!
Ali Onchom : Tapi jika memperingati Maulid itu memang baik pastilah para sahabat Nabi sudah lebih dulu melakukannya!
Pro-Maulid Ente sok masti-masti-in! Apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan para sahabat bukanlah tolok ukur kebenaran. Patokan dan standar kita adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul! 6]
Ali Onchom : Mengenai Maulid ini mana sunnahnya?
Pro-Maulid Ente ini idiot banget seh! Semua yang ane omongin di atas khan udah jelas bahwa hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan Bukhari dan Tirmidzi menjelaskan hakikat ijtihad dan bid’ah secara gamblang dan terang! Artinya ijtihad dan ijma’ para ulama dahulu sudah menjadisunnah hasanah atau ijtihad yang benar! Dan Maulid Nabi yang kami peringati setiap tahun itu bagian dari ijtihad dan ijma ulama yang jelas-jelas merupakan sunnah hasanah bukan sunnah syai’ahEnte masih gak paham?
Ali Onchom : ??? [Masih bengong, maklum bego!]
Ali Onchom : Jika begitu anggapan Bapak itu berarti Bapak menganggap Bapak dan ulama-ulama Bapak lebih hebat dari para sahabat Nabi dong?!
Pro-Maulid : Jangan menarik kesimpulan dengan cara yang sesederhana itu, karena ijtihad seperti ini bukan ukuran hebat atau tidaknya seseorang atau sekelompok orang, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa orang-orang yang hidup terkemudian bisa saja lebih unggul dari beberapa sahabat Nabi Saw! Tapi tidak semua sahabat Nabi lho!
Ali Onchom : Wah gawat neh (sambil tertawa mengejek), kayaknya pemikiran Bapak sudah seperti kaum Syi’ah Rafidi!
Pro-Maulid : Heh Ali Onchom! Ente jangan asal mangap! Hadis tentang ini bukan kagak ada! Nih ente dengerin baik-baik dan gunakan otak ente ya!
Dari Abu Isalabah al-Khusyani telah berkata: Rasulullah Saw. pernah bersabda: “Hendaklah kamu sekalian memerintahkan kepada kebajikan dan hendaklah kamu melarang kejahatan, sehingga apabila kamu melihat kikir dipatuhi dan hawa nafsu diikuti dan dunia didahulukan dan kekaguman tiap-tiap orang yang mempunyai pikiran dengan pikirannya sendiri, maka hendaklah kamu pada pendirian dirimu sendiri, dan tinggalkanlah olehmu urusan orang umum. Karena sesungguhnya di belakang kamu ada beberapa masa, yang sabar pada masa itu seperti menggenggam bara api; bagi orang yang beramal pada masa itu seperti pahala 50 orang lelaki yang beramal seperti amalnya.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah dan at-Turmudzi)
Dan Abu Dawud meriwayatkan dengan tambahan: Rasulullah ditanya: “Ya Rasulullah, pahala 50 orang lelaki dari kami ataukah dari mereka?” Beliau bersabda: “Bahkan pahala 50 orang lelaki dari kamu.” (H.R. Abu Dawud)
Kata kamu di atas sangat jelas dan gamblang adalah para sahabat Nabi! Dan memang pantas bahwa orang-orang yang beriman teguh padahal mereka tidak pernah berjumpa dengan Nabi Saw dan melihat turunnya wahyu, tentu saja lebih hebat dari kaum Salaf yang pernah berjumpa dengan beliau Saw dan menyaksikan turunnya wahyu!
Nah, ente pernah baca gak? Jangan berkelit lagi, ini hadis Nabi, mau ngomong apa lagi ente? Kayaknya ente gak pernah baca deh! Makanya kalo belajar Islam jangan cuma baca fatwa-fatwa syekh-syekh Wahabi-Saudi di internet aje! Baca tuh kitab-kitab hadis dan tafsir Quran, Dan inget! Hadis di atas bukan hadis Syiah!
Dan dari keterangan hadis di atas sangat jelas bahwa insya Allah kami (Pro-Maulid) adalah orang-orang yang berusaha keras menganjurkan kebaikan dengan mensunnahkan Maulid Nabi Saw dan melarang kejahatan yaitu “fitnah Bid’ah Syirik Khurafat” yang ente tujukan ke semua kaum Muslim selain kelompok ente Wahabi-Salafy!
Ali Onchom : Apa ada dalil lain bahwa orang-orang yang hidup setelah para sahabat Nabi lebih hebat dari mereka?
Pro-Maulid : Makanya belajar agame tuh kudu yang bener tong! Baca tuh kitab-kitab hadis, tafsir Quran, asbabun nuzul, wah masih banyak lagi yang mesti ente baca deh..jangan cuma modal menjelajah internet gratis di LIPIA ente udeh bisa senak udel ente nyesat-nyesatin orang!
Ali Onchom : Udeh deh beh ada gak dalil lainnya?
Pro-Maulid : Ente pernah gak baca ayat Quran : “dan kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.” (QS Jumu’ah [62] ayat 3]?
Ali Onchom : Memang apa maksud dari ayat itu?
Pro-Maulid : Makanya khan ane bilang belajar juga tuh tafsir Quran dan hadis! Ente bilang ane ingkar sunnah, padahal ente kendiri kagak banyak tahu soal hadis!
Dari Abu Hurairah katanya: Pernah kami duduk dekat Rasulullah Saw, ketika itu turun kepada beliau Surat Al-Jumu’ah. Setelah beliau membaca “wa akharina minhum lamma yal haqu bihim” (dan kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka) Seorang laki-laki bertanya: “Siapakah kaum yang lain itu, ya Rasulullah?” Rasulullah Saw tidak menjawab sampai laki-laki itu bertanya 1, 2 atau 3 kali lagi, sedang di antara kami hadir sahabat Salman Al- Parisi (Bangsa Persia). Lalu Nabi meletakkan tangannya kepada Salman, kemudian beliau Saw bersabda: “Lau kâna al-îman ‘inda al-tsurayyaa lanâ lahu rijâlun min hâula-i” – “Kalau seandainya iman itu terletak di Bintang Tsurayya, niscaya ia akan dapat dicapai juga oleh beberapa orang dari orang-orang ini.” 7]
Ali Onchom : Ah, hadis itu khan gak menunjukkan bahwa ada orang-oarang terkemudian yang lebih hebat dari para sahabat Nabi!
Pro-Maulid : Weleh-weleh…ini diaaa, makin kelihatan gebleknya ente! Baca dong ayat Qurannya dan baca penjelasan Nabi Saw tersebut. Ente jangan berkelit dong. Kalau ente beriman pada hadis ini iya ente harus terima kalau enggak, berarti ente kendiri yang ingkar sunnah..(he..6x)
Ali Onchom : Pokoknya semua yang tidak pernah dicontohkan Nabi Saw dan para sahabat adalah bid’ah!
Pro-Maulid : Nah, bener khan ente udah ngeluarin ilmu pamungkas ente yaitu : kata POKOKNYA! Ini khan artinya ente gak peduli kalo argumen atau hujjah ane bener atawa salah POKOKNYA ente yang BENERR gitu khan?
Pro-Maulid : Ok deh, kalau demikian definisi bid’ah ente, maka berarti ente juga sudah melakukan bid’ah, karena ente kendiri khan memakaisajadah kalo shalat, memakai speaker kalo ‘adzan. Ente juga sok berdakwah pake internet!?
Ali Onchom : He..he..he..Dangkal sekali pemahaman Bapak atas makna bid’ah! Sajadah, speaker dan internet adalah sekadar tool (alat bantu) untuk beribadah, jadi memakai tool-tool tersebut bukan termasuk bid’ah!
Pro-Maulid : Bagaimana dengan memakai tasbih untuk berzikir?
Ali Onchom : Itu bid’ah! Eh…[Kebingungan, karena selama ini kaum Wahabi-Salafy juga membid’ahkan kaum Muslim yang menggunakan tasbih]
Pro-Maulid : He..he..he…Ente pernah denger gak fatwa salah seorang syekh Wahabi ente, Abu Abdillah al-Abdari yang bergelar Ibn al-Haj?
Ali Onchom : ??? [Menggeleng-gelengkan kepalanya]
Pro-Maulid : Nih dengerin dengan seksama dan buka tuh kuping ente lebar-lebar!
Ibn al-Haj di dalam kitabnya al-Madkhal mengatakan :
Keberadaan kipas angin di dalam masjid-masjid itu termasuk perkara bid’ah dan para ulama kita (syekh-syekh Wahabi) telah melarang hal tersebut. Sebab, menjadikannya di dalam masjid adalah bid’ah!” (Baca buku Ibn al-Haj, al-Madkhal, Jil. 2, hlm. 212 dan hlm. 224) Nah gimana tuh kalo pake AC, speaker dsb..?
Ali Onchom : ??? [Makin kebingungan]
Pro-Maulid : Hah? Pernah baca kitab itu? Itu kitab ente punya syekh! Makanya jangan cuma belajar lewat internet, Tong!
Pro-Maulid : Ente bilang pake internet bukan bagian dari ibadah? Gimana kalo internet itu ente pake untuk dakwah, apa itu bukan ibadah? Jadi pake internet pun termasuk bid’ah sama seperti syekh-syekh ente bilang pake tasbih itu juga bid’ah!
Nah, Tong! Sekarang siapa yang sebenarnya dangkal? Ente ape ane? He..6x
Ali Onchom : ??? [Tertunduk malu]
Pro-Maulid : Udeh deh ente gak usah malu-malu kalo udah gak punya argumen! besok ente tanyain ame ustad ente tuh yang pernah belajar bertahun-tahun di Saudi, siapa namenya? Wah sorry ane gak ingat!
Ali Onchom : Pokoknya semua yang tidak pernah dicontohkan Nabi Saw dan para sahabat adalah bid’ah!
Pro-Maulid : He…6x (tertawa terpingkal-pingkal) Heh Tong…ente tahu gak darimana dan dari siapa sebenarnya hujjah yang ente pake itu?
Ali Onchom : ??? (Bengong)
Pro-Maulid : Nah bengong khan? Makanya jangan Cuma copy-paste fatwa dari internet aja! Tong, itu adalah fatwa Ibn Taymiyyah! Kalo ente mau tahu siapa sebenarnya Ibn Taymiyyah baca deh artikel ane tentang siapa sebenarnya dia?
Oya, fatwa Ibn Taymiyyah itu begini : “Sesungguhnya (perayaan maulid Nabi saw) ini tidak dilakukan oleh kaum salaf meskipun adanya kebutuhan untuk melakukan hal itu dan tidak ada sesuatu yang mencegah mereka dari perbuatan itu. Sekiranya perayaan maulid ini adalah kebaikan semata-mata atau lebih diutamakan, niscaya salaf lebih berhak melakukannya daripada kita karena sesungguhnya mereka itu lebih besar kecintaannya kepada Rasulullah dan lebih mengagungkan beliau daripada kita. Mereka (kaum salaf) itu lebih memperhatikan kebaikan (daripada kita).” 8]
Nah ini dia fatwa syekh ente yang plin-plan alias mencla-mencle itu!
Ali Onchom : ??? Mencla-mencle gimana maksudnya, Pak?
Pro-Maulid : Mencla-mencle atau plin-plan itu gak yakin atau peragu, dan itu memang ciri khas yang dimiliki orang-orang Khawarij!
Ali Onchom : Sebentar, Pak! Bapak punya bukti atau tidak kalo Ibn Taymiyyah itu mencla-mencle! (geram dan marah)
Pro-Maulid : Makanye kalo belajar pake kitab bukan cuma copy paste dari salafy.org atau manhaj.org akibatnya begini! Belajarlah dari sumber aslinya bukan dari kata si anu atau kata si fulan (qiila wa qaala)!
Nih ane bacaan apa yang dikatakan Ibn Taymiyyah tentang Maulid yang menunjukkan keraguan dia tentang hukumnya!
Ibn Taymiyyah berkata : “Demikian pula yang diciptakan oleh sebagian manusia (perayaan maulid), maka adakalanya ia menyerupai kaum Nasrani (Kristen) dalam merayakan kelahiran al-Masih (Nabi Isa as), atau karena kecintaan kepada Nabi saw dan pengagungan kepada beliau, sedangkan Allah memberi pahala kepada mereka ini karena kecintaan dan ijtihad, bukan karena perbuatan bid’ah.” 9]
Jelas khan! Sebelumnya dia ngomong begini, setelah itu dia sendiri bingung! Coba ente baca deh kitabnya itu, mudah-mudahan ente tercerahkan dengan penjelasan ane ini!
Ali Onchom : (Termangu-mangu) Tapi biasanya di dalam perayaan-perayaan Maulid Nabi ini ada juga hal-hal haram yang dilakukan masyarakat saat mereka merayakannya. Misalnya: percampuran kaum perempuan dan laki-laki dan masih banyak lagi, Pak!
Pro-Maulid : Pernyataan ente ini menunjukkan ente sudah kehabisan dalil! Sebab diskusi kita ini seputar hukum peringatan Maulid itu sendiri.Ada pun perkara-perkara yang kemudian muncul dalam peringatan Maulid tidak bisa jadi alasan untuk melarang peringatan Maulid itu sendiri. Misalnya, jika ada orang yang pergi umroh dengan tujuan untuk sekadar berwisata, atau belanja atau bahkan pergi dengan yang bukan muhrim, maka tidak lantas kita bisa seenaknya mengharamkan ibadah umroh! Iya khan?! Yang begini ini udah gak asing lagi! Jadi jangan diskusi kita malah keluar dari topiknya! Makanya belajar logika ya Tong, biar pinter dikit!
Udah deh ane mau permisi dulu, ane do’ain moga-moga ente dapet hidayah dari Allah Swt ye! Salamun ‘alaykum!
__________
Catatan Kaki :
[2] – Shahih Bukhari, Bab Shalat Jumat, Hadis no. 1081.
- Shahih Muslim, Bab Kebaikan-kebaikan Para Sahabat, hadis no. 4497
- Musnad Ahmad bin Hanbal, Jil. 2, hal. 333, 439.
[3] Baca artikel saya : Bid’ah : Standar Ganda Wahabi-Salafy!
[5] Lihat juga Shahih Muslim hadits no.1017, Shahih Ibn Khuzaimah, Sunan Baihaqi Alkubra, Sunan Addarimiy, Shahih Ibn Hibban dan banyak lagi).
[6] Selain tidak ada rujukan yang shahih tentang ini, menjadikan sahabat sebagai tolok ukur kebenaran justru menambah kekisruhan, karena:
1. Pendapat dan perbuatan para Sahabat tidak selalu sejalan dengan Sunnah Rasul Saw. Pendapat dan perbuatan Sahabat Nabi bisa saja bertentangan dengan Nabi Saw sendiri. Banyak bukti tentang ini!
2. Pendapat dan perbuatan para sahabat sendiri sering kali saling berbeda bahkan bertentangan. Dengan begini kita akan bingung memilih, mana pendapat sahabat yang benar?
3. Tidak semua sahabat itu adil, karena banyak juga di antara mereka yang zalim bahkan munafik! Contoh yang paling jelas dan nyata adalah Mu’awiyyah bin Abi Sufyan dan putranya Yazid!
[7] Lihat Shahih Muslim hadis no. 324.
Pada no. hadis sebelumnya, no. 323, Abu Hurairah juga meriwayatkan hadis yang semakna dengan sabda Rasulullah Saw : Lau kana al-din ‘inda al-tsurayya la dzahaba bihi min farisa hatta yatanawalahu : Kalau seandainya agama (Islam) itu ada di bintang Tsurayya, niscaya seorang laki-laki dari bangsa Persia akan pergi ke sana sampai dapat mencapainya!
Hadis ini sangat banyak diriwayatkan oleh para perawi seperti al-Hakim, Tirmidzi, Ahmad bin Hanbal dsb. (LIhat kitab Kanz al-‘Ummal karya Mutaqqi al-Hindi)
[8] Ibn Taymiyyah, Iqtidha’ al-Shirath al-Mustaqim, hlm. 293-294
[9] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar